Peletakan Batu Pertama Tugu dan Makam Raja Siponot Panjaitan dan istrinya Pinta Uli br.Hutapea
Pada zamannya Raja
Siponot sebagai anak ketiga Raja Situngo, mendapat warisan di Kampung Banjar
Ganjang desa Sitorang.
Raja Siponot
pada saat masih
dalam kandungan dia sudah ditinggal ayahnya yang pergi berpetualang menambah ilmu kepenjuru dunia. Pernah istri Raja Situngo berkata agar ditunggunya anak mereka yang ke tiga
ini lahir, namun Situngo keras kepala dia harus meninggalkan istrinya beserta anaknya yang dua
orang itu, Situngo mengambil batu asah sambil
berkata kepada istrinya bahwa kekebalan ilmunya seperti batu asah itu, batu
asah itu di patahkannya, patahannya setengah ditinggal buat istri kelak lahir
anak yang dalam kandungan agar tetap
dislipkan kebadannya, dan setengah lagi dibawa raja Situngo. Pendek cerita
lahirlah Siponot, kelahirannya
disambut gembira oleh Martibi Raja dan Raja Dogor, mereka cukup sayang kepada
adiknya Siponot, Siponot pun makin bertambah besar dan sering bertanya dalam
hati tentang siapa ayahnya dan apa artinya batu asah yang selalu
dislipkannya dibadannya tersebut. Ibunya sudah
mulai tua, sambil bersedih memberitahu keras kepala ayahnya meninggalkan dia
saat mengandung diberitahu bahwa Situngo pergi
tidak diberitahu kemana pergi hanya dia berpesan " Bahwa ilmunya maupun
kekebalannya serta kesaktiannya adalah seperti Batu Asah " yang artinya
bisa keras bisa lembut,bisa habis demi hal lain.
Tidak berapa lama maka Siponot pergi kerumah kakeknya di Matio Onan Raja Balige untuk
pamit mencari ayahnya, karena Raja Panjaitan
juga bersedih atas sikap keputusan Situngo
sebagai anak satu-satunya yang dia
kasihi Raja Panjaitan. Waktu kepergian
anaknya itu rupanya dia coba mengikuti dari belakang namum Situngo merasa bahwa dia dibuntuti ayahnya maka ditunggunya ayahnya di pelabuhan, Raja Panjaitan pun
melihat Situngo di pelabuhan
tapi tidak dapat berbuat apa-apa bahkan Situngo
menyuruh ayahnya agar pulang. Kapal pun menuju Muara mau berangkat Situngo pun menaiki kapal tersebut dan
berangkat menuju Muara.
Mendengar cerita sang kakek dan ibunya , membuat Siponot
berkeras hati untuk mencari ayahnya dan dia selalu membawa patahan batu asah tersebut,
sesampainya dia di Muara dia mulai menanyai masyarakat yang ada disana rupanya
Raja Situngo cukup dikenal orang dan
sangat dikagumi, lalu Siponot
mengetahui bahwa Situngo sudah lama tidak muncul lagi
ke Muara, dia sudah menetap di Bakkara, Siponot pun
bergegas menuju Bakkara, sesampainya di Bakkara dia mengetahui bahwa ayahnya sudah
meninggal langsung dia kekuburan ayahnya, disana dia menangis sekuat suara dan
menurut masyarakat disana suaranya seperti suara gemuruh yang sedang turun hujan. Seorang janda muda yang cantik sambil memegang tangan anak perempuan yang masih
kecil mendekati Siponot
kekuburan itu dan mengajaknya untuk kerumahnya, wanita janda itu melihat patahan batu asah Siponot lalu
dia baik hati membawanya kerumahnya, dirumahnya makin banyak orang mereka
dikerumuni sambil bertanya siapa sebenarnya Siponot, kemudian wanita itu bercerita
tentang Situngo yang selama
ini tinggal satu rumah dengan dia dan dia sedang keadaan mengandung anak Situngo, sebelum
kematiannya Situngo
berpesan jika anak yang
dikandungnya tersebut lahir agar dislipkan patahan batu asah kebadannya dan jika bertemu dengan seseorang dengan patahan batu asah yang sama
maka itu merupakan anak Situngo. Lalu wanita itu meminta patahan batu asah yang berada ditangan wanita itu dan disatukannya dengan patahan
batu asah yang sama dengan Siponot, ternyata batu asah itu bersatu maka mereka
yakinilah bahwa kandungan wanita itu benar
anak Situngo. Siponot pun pulang ke Sitorang memberi tahu sama ibunya demikian juga sama kakeknya. Tidak beberapa lama kemudian Siponot
menikah dengan seorang putri Hutapea
yang bernama Pinta Uli boru Hutapea. Pinta Uli boru Hutapea pun mengandung, namun pada waktu normal melahirkan
Pinta Uli tidak kunjung melahirkan seorang anak yang dikandungnya tersebut.
Siponot pun bingung, lalu Siponot menanyakan istrinya tentang makanan yang
diinginkan Pinta Uli agar istrinya itu segera melahirkan. Pinta Uli pun meminta
buah timun, pisang serta nangka yang sangat enak rasanya. Siponot bergegas
mencarinya dan setelah buah tersebut ditemukannya, lalu di berikan kepada Pinta
Uli sang istrinya. Namun hal itu tidak membuat Pinta Uli melahirkan. Pinta Uli
pun meminta kembali seekor Ayam Jantan Merah dan ayam jantan yang baru bisa
berkokok. Siponot berusaha mencari ayam tersebut, dan ia pun berhasil
menemukannya di Sibide. Setelah ayam ini di temukan lalu disajikan kepada Pinta
Uli, namun belum kunjung melahirkan. Dan Pinta Uli kemudian meminta seekor ikan
Batak yang bersisik sebesar tampi, Siponot pun menemukannya di Danau Toba dan
disajikannya kepada istrinya namun Pinta Uli tak kunjung melahirkan. Kemudian
Pinta Uli meminta lagi hati seekor harimau dan hati seekor Ular. Siponot pun
berburu di hutan rimbun Rea dan menemukan binatang itu, kemudian Siponot
mengambil hati binatang tersebut kemudian disajikan kepada Pinta Uli, tetapi
Siponot meminta Pinta Uli mandi dan menyucikan diri dengan air jeruk purut lalu
memakan hati tersebut, namun Pinta Uli tidak kunjung melahirkan.
Siponot pun merasa kecewa dan
ia pun meninggalkan Pinta Uli. Pinta Uli menunggu beberapa bulan, namun Siponot
tidak pulang-pulang. Kemudian Pinta Uli pergi kerumah ayahnya di Lagu Boti.
Sepanjang perjalanan Pinta Uli menangis tak henti-hentinya. Sesampai di rumah
orang tua Pinta Uli yang di Lagu Boti, orang tua Pinta Uli pun menanyakan
kandungannya yang tidak kunjung lahir. Pinta Uli pun tidak mengetahui apa
penyebab tidak lahirnya kandungannya, dan meminta ayahnya agar mendoakan
kandungannya. Dan Pinta Uli memohon agar diberi ijin tinggal dirumah ayahnya,
karena Siponot telah meninggalkan Pinta Uli. Sang Ayah memberi ijin kepada
Pinta Uli untuk tinggal di Lagu Boti. Selama tinggal dirumah sang ayah Pinta
Uli pun selalu mengenang pesan suaminya tentang patahan batu asah. Siponot
berpesan agar patahan batu asah itu jangan dihilangkan akan tetapi jika lahir
anak yang dalam kandungannya itu agar
patahan batu asah itu selalu dislipkan kebadan anaknya.
Namun saat merenung ada seorang
berkata kepada Pinta Uli dengan sebuah ocehan menyebutkan tentang lamanya
kandungan Pinta Uli yang tidak kunjung lahir. Mengingat ocehan tersebut Pinta
Uli meninggalkan Lagu Boti dan pergi menuju Balige. Sampai di Balige Pinta Uli
pun tetap mendengar ocehan itu menghantuinya. Pinta Uli bingung harus kemana
lagi agar ocehan itu tidak menghantuinya, Pinta Uli pun melirik sebuah bukit
yang sering disebut dengan Dolok Tolong
dan melihat sebuah gua yaitu Liang Sipege.
Pinta Uli pun memutuskan menuju ke
gua tersebut dan menetap disana.
Setelah sampai di gua
tersebut, Pinta Uli pun berdoa kepada Sang Pencipta agar kandungannya tersebut
segera lahir. Dan tidak beberapa lama kemudian istri Siponot melahirkan seorang bayi laki-laki
yang lincah, saat lahir langsung memiliki gigi. Bayi tersebut diberi nama Raja Sijorat Paraliman Panjaitan. Dan di Bakkara istri Situngo yang dijumpai Siponot juga
melahirkan seorang bayi yang
bernama Raja Singa di gua Tombak Sulu-Sulu, yang saat ini dikenal
dengan Raja Sisingamangaraja ke-I. Jadi banyak orang berkata bahwa hari
kelahiran Raja Sijorat dengan Raja Singa adalah bersamaan
ditandai dengan guruh yang kuat, hujan yang lebat, petir silih
berganti.
Raja Siponot pun membesarkan Raja Sijorat Paraliman Panjaitan dengan penuh didikan. dan kemudian meninggal dunia dimakam kan di Sipeg-pege Banjar Ganjang desa Sitorang bersama dengan istrinya Pinta Uli br Hutapea.
Pada tahun 2014 keturunan Raja Siponot Panjaitan melakukan pencarian makam Raja Siponot yang telah lama tidak diketahui oleh keturunannya. ditemani oleh para normal yang bernama Justan Panjaitan yang merupakan Panglima Kerajaan Raja Sijorat Paraliman Panjaitan Keturunan Raja Siponot ini pun menemukan letak pastinya makam Raja Siponot Panjaitan dan istrinya Pinta Uli br Hutapea.
Dan berita tersebut pun tersebar keseluruh keturunan Raja Siponot panjaitan. Lembaga Kesatuan Turunan Raja Sijorat Paraliman memberikan ide positif terhadap hal tersebut, lembaga tersebut membentuk kepanitian Pembangunan Makam/Tugu Raja Siponot Panjaitan dan berencana melakukan Pesta Peletakan Batu pertama. Panitia Pembangunan Makam/Tugu diketuai oleh Binahar Panjaitan SE (Tobasa), Sekretaris
Komentar
Posting Komentar