Sitorang



Raja Situngo Panjaitan adalah satu diantara cucu Tuan Dibagarna, yang merantau ke sebelah timur Balige yaitu kampung Sibahulu di bukit Sitombom sebagai tanda perkampungan Raja Situngo menanam pohon beringin. Di kampung inilah Raja Situngo Panjaitan bertempat tinggal. Kampung ini disuatu perbukitan dimana dapat memandang luasnya kaki gunung bukit barisan sampai ke pesisir danau Toba. Raja Situngo menyuruh anaknya yang bernama Martibi raja, Raja Dogor, Raja Siponot, dan Raja Sijanggut untuk membuka lahan pertanian dengan terbukanya lahan pertanian tersebut maka mulailah berdatangan marga-marga lain kedaerah itu. Ada yang menetap dan juga ada yang berpidah silih berganti. Maka disebutlah nama kampung tersebut Sitorang. Karena daerah ini yang dahulunya hutan belantara dan gelap menjadi lahan pertanian dan tidak gelap lagi.  Raja Siponot mempunyai seorang anak yang bernama Raja Sijorat. Raja Sijorat Panjaitan memiliki kesaktian dan pada masanya hanya Raja Sijoratlah yang memiliki anak 12 orang di daerah Sitorang. Karena Raja Sijorat memiliki banyak anak dan marga-marga lain sangat mengaguminya karena kesaktiannya, maka dibentuklah suatu kerajaan disana yang bernama Kerajaan “Sijorat” dan istananya di Sitorang kampung Lumbantor. Dan diangkatlah para panglimanya dari marga-marga lain yang sudah bertempat tinggal disekitar sitorang. Berhubung karena sudah semakin banyak orang melintas dan berdagang ke Sitorang maka Raja Sijorat membangun pasar tradisional dengan sebutan Onan Raja Sitorang, lokasinya pada saat ini telah menjadi Kantor Kepala Desa Sitorang.
Secara etimologi, Sitorang berasal dari kata Si” dan “Torang. Si sebagai kata penegasan merujuk pada orang, tempat, dan benda lainnya dalam bahasa Batak Toba. Dan kata “Torang, sebagai kata sifat yang artinya cerah. Jadi kata “Sitorang” dapat diartikan menjadi suatu tempat yang Cerah.
Secara historis, penamaan Sitorang didasarkan pada letak geografis dan aspek mitologis. Secara geografis, didasarkan pada daerah yang tergabung dalam wilayah Sitorang, dimana daerah terlihat lebih cerah dari daerah lainnya.
Secara mitologi didasarkan pada mitos tentang adanya dahulu semacam sumber cahaya mistis disana, yang membuat daerah ini terlihat cerah walaupun diwaktu malam. Dan ada juga yang menyebutkan penamaan Sitorang, didasarkan pada sifat Terus Terang yang dimiliki masyarakatnya dalam kehidupannya sehari-hari.
Ada sebuah umpasa (pantun) Batak yang menggambarkan desa ini :
Ndada piga suhat songon suhat ni Sitorang
Na pinangan sahali, balik taon ni luluan
Ndada piga huta songon huta Sitorang
Nang binolus sahali tontong tinaringotan
Aut tarpadua hali, sonang pangkilalaam
So boi marulak loni, ngot-ngot pangkilalaan.

Artinya sebuah umbi-umbian yang sangat di damba-dambakan para perantau jika berkunjung ke desa Sitorang. Membuat para perantau ingat terus akan pengalaman kehidupanya di desa ini, dan ingin kembali berkunjung lagi ke bona pasogit jika sudah berada di tanah rantau.

Secara geografi kabupaten Toba Samosir terletak antara 1 ½ ۫ – 3 ½ ۫ LU dan 97۫ - 100۫ BT. Kabupaten Toba Samosir merupakan bagian dari daerah sumatrera utara yang beribu kotakan Balige sedangkan kecamatan Silaen adalah bagian dari kabupaten Toba Samosir. Jarak kecamatan Silaen ke Balige ± 10 km.
            Kecamatan Silaen ini dibentuk berdasarkan UU No.12 Tahun 1998 Pasal 3 tentang pembentukan wilayah kabupaten tingkat II Toba Samosir. Berada antara 2۫ 18’ - 2۫ 27’ LU dan antara 99۫ 11’ - 99۫ 15’ BT. Letak wilayah ini berada antara 900 – 1500 meter diatas permukaan laut. Yang memiliki luas wilayah 172,58 km2 yaitu 8,54% dari total luas Kabupaten Toba Samosir. Saat awal dibentuk kecamatan ini memiliki 21 desa dan pernah dimekarkan menjadi kecamatan Silaen sebagai induk dan kecamatan Sigumpar. Dan saat ini memiliki 23 desa antara lain : Pintu Batu, Pardomuan, Ombur, Parsambilan, Sigodang Tua, Sinta Dame, Natolutali, Dalihan Natolu, Huta Gur-gur II, Huta Gur-gur I, Sitorang I, Hutanamora, Silaen, Lumban Dolok, Napitupulu, Hutagaol Sihujur, Sibide, Sibide Barat, Meranti Barat, Panindii, Simanombak, Siringkiron, Marbulang.
            Desa Sitorang merupakan bagian dari daerah kecamatan Silaen. Berdasarkan letak geografisnya desa Sitorang ini termasuk golongan daerah lereng gunung. Terletak di ketinggian 910 diatas permukaan laut dan juga diluar kawasan hutan. Berbicara tentang penduduknya, desa Sitorang memiliki 268 kepala keluarga yang mana 531 orang laki-laki dan 528 orang perempuan. Sawah menghiasi pemandangan bibir jalan aspal daerah ini. Para penduduk didesa ini sumber penghasilan utamanya sebagian besar berasal dari pertanian. Ketersediaan listrik sudah mencukupi daerah ini, dimana ditemukannya di pinggir jalan tiang-tiang dan kabel listrik yang menuju ketiap rumah para penduduk.
            Udara sejuk dan angin sepoi-sepoi menemani menikmati daerah ini, dengan sungai mengalir dari puncak gunung menuju danau Toba. Air sungai ini di gunakan penduduk sebagai sumber air irigasi kepersawahan mereka. Penduduk menggunakan mata air sebagai pemenuhan air dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyuci, memasak, dan sebagai air minum.
            Desa sitorang di belah dua oleh sebuah sungai yang di beri nama “Aek Bolon” (sungai besar). Sungai ini menjadi mata pencaharian masyarakat disekitar desa Sitorang. Masyarakat memanfaatkan sungai menjadi tempat pengambilan pasir untuk bahan bangunan. sungai ini lebarnya mencapai lima meter, dan airnya pada saat ini coklat karena dijadikan masyarakat menjadi pembuangan akhir dari limbah rumah tangga. Masih banyak kita jumpai di desa Sitorang kamar mandi umum. Kamar mandi ini merupakan sumbangan dari pemerintah desa. Air dari kamar mandi umum ini berasal dari mata air yang mengalir jernih. Dulunya mata air ini merupakan tempat mandi para keluarga raja dan juga tempat para tabib kerajaan mengobati pada warga desa.
Memasuki perkampungan akan kita jumpai sederetan rumah adat yang masih dirawat. Sekitar delapan rumah yang saling berhadap-hadapan pastinya akan di kita temui di sebuah perkampungannya di desa Sitorang. Di perkampungan Lumban Tor, kita akan menemui sebuah istana kerajaan yang dahulunya merupakan istana dari Raja Sijorat Paraliman Panjaitan. Di istana ini kita akan menjumpai pakaian para keluarga raja dan juga senjata Raja Sijorat Paraliman Panjaitan. Ada sebuah guci ajaib di dalam istana ini. Penulis telah membuktikan keajaiban guci tersebut. Guci tersebut dapat menghasilkan air yang tidak dapat dibatasi. Tetapi harus seorang anak kecil yang berumur sekitar lima tahun yang dapat mengambil air tersebut. Dulunya Raja Sijorat Paraliman Panjaitan menurut cerita air dari guci itu berguna untuk menyembuhkan penyakit para warga desa.
 

Dan berjalan menuju perbukitan maka kita akan menjumpai sebuah mata air yang sangat jernih. Perjalanan sekitar setengah jam menuju perbukitan dari perkampungan Lumban Tor melewati persawahan para penduduk desa. Mata air ini yang jarang digunakan oleh penduduk desa karena dianggap masih keramat. Kebanyakan para perantau yang datang menuju mata air tersebut untuk melakukan penyembuhan terhadap penyakit yang diderita para perantau. Dahulunya Raja Sijorat Paraliman Panjaitan melakukan meditasi di mata air tersebut. Dan mata air tersebut merupakan tempat Raja Sijorat Paraliman Panjaitan memantau desa Sitorang. Pada saat penulis menuju mata air ini penulis menemukan jeruk purut dan telur ayam kampung di sekitar mata air ini. Ini membuktikan banyak yang mengantarkan sesajennya ke mata air ini dan berharap permintaannya terkabul dikemudian harinya.


Komentar

  1. tabodo manjaha silsilah ni raja panjaitan on bah

    BalasHapus
  2. Beberapa penafsiran masih dalam penelitian team tarombo Panjaitan si Jorat Paraliman. Pada awal desember 2018. Menyelesaikan proses dalam 6 bulan ke depan.. smoga terwujud.

    BalasHapus
  3. Bohong besar ...kalau mau tahu fajta otentik silakan tanya kepada Raja Musa Panjaitan yg tinggal di Jln Monginsidi No.28 Medan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kampung Raja Sijorat Paraliman Panjaitan adalah di HUTANAMORA.Terlalu banyak pembohongan publik

      Hapus
  4. Dimana sih sebenar nya kampung raja kita sijorat paraliman Panjaitan?

    BalasHapus
  5. He.. he raja sijora sepertinya ada yg ke IX dan ke X

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer