Sitorang
Secara etimologi, Sitorang
berasal dari kata “Si” dan “Torang”.
Si sebagai
kata penegasan merujuk pada orang, tempat, dan
benda lainnya dalam bahasa Batak Toba. Dan kata “Torang” , sebagai kata sifat yang artinya cerah. Jadi kata “Sitorang” dapat diartikan menjadi
suatu tempat yang Cerah.
Secara historis, penamaan
Sitorang didasarkan pada letak geografis dan aspek mitologis. Secara geografis,
didasarkan pada daerah yang tergabung dalam wilayah Sitorang, dimana daerah
terlihat lebih cerah dari daerah lainnya.
Secara mitologi didasarkan pada
mitos tentang adanya dahulu semacam sumber cahaya mistis disana, yang membuat daerah ini terlihat cerah walaupun diwaktu malam. Dan ada juga yang
menyebutkan penamaan Sitorang, didasarkan pada sifat Terus Terang yang dimiliki masyarakatnya dalam
kehidupannya sehari-hari.
Ada sebuah umpasa (pantun) Batak yang menggambarkan desa ini :
Ndada piga suhat songon suhat ni Sitorang
Na pinangan sahali, balik taon ni luluan
Ndada piga huta songon huta
Sitorang
Nang binolus sahali tontong
tinaringotan
Aut tarpadua hali, sonang pangkilalaam
So boi marulak loni, ngot-ngot pangkilalaan.
Artinya sebuah umbi-umbian yang sangat di damba-dambakan para perantau jika
berkunjung ke desa Sitorang. Membuat para perantau ingat terus akan pengalaman
kehidupanya di desa ini, dan ingin kembali berkunjung lagi ke bona pasogit jika sudah berada di tanah
rantau.
Secara geografi kabupaten Toba Samosir terletak antara 1
½ ۫ – 3 ½ ۫ LU dan 97۫ - 100۫ BT. Kabupaten Toba Samosir merupakan
bagian dari daerah sumatrera utara yang beribu kotakan Balige sedangkan
kecamatan Silaen adalah bagian dari kabupaten Toba Samosir. Jarak kecamatan
Silaen ke Balige ± 10 km.
Kecamatan Silaen ini
dibentuk berdasarkan UU No.12 Tahun 1998 Pasal 3 tentang pembentukan wilayah
kabupaten tingkat II Toba Samosir. Berada antara 2۫ 18’ - 2۫ 27’ LU dan
antara 99۫ 11’ - 99۫ 15’ BT. Letak wilayah ini berada antara 900 – 1500 meter diatas
permukaan laut. Yang memiliki luas wilayah 172,58 km2 yaitu 8,54% dari total
luas Kabupaten Toba Samosir. Saat awal dibentuk kecamatan ini memiliki 21 desa dan
pernah dimekarkan menjadi kecamatan Silaen sebagai induk dan kecamatan
Sigumpar. Dan saat ini memiliki 23 desa antara lain : Pintu Batu, Pardomuan,
Ombur, Parsambilan, Sigodang Tua, Sinta Dame, Natolutali, Dalihan Natolu, Huta
Gur-gur II, Huta Gur-gur I, Sitorang I, Hutanamora, Silaen, Lumban Dolok,
Napitupulu, Hutagaol Sihujur, Sibide, Sibide Barat, Meranti Barat, Panindii,
Simanombak, Siringkiron, Marbulang.
Desa Sitorang merupakan bagian dari daerah
kecamatan Silaen. Berdasarkan letak geografisnya desa Sitorang ini termasuk
golongan daerah lereng gunung. Terletak
di ketinggian 910 diatas permukaan laut dan juga diluar kawasan hutan.
Berbicara tentang penduduknya, desa Sitorang memiliki 268 kepala keluarga yang
mana 531 orang laki-laki dan 528 orang perempuan. Sawah menghiasi pemandangan
bibir jalan aspal daerah ini. Para penduduk didesa ini sumber penghasilan utamanya
sebagian besar berasal dari pertanian. Ketersediaan listrik sudah mencukupi
daerah ini, dimana ditemukannya di pinggir jalan tiang-tiang dan kabel listrik
yang menuju ketiap rumah para penduduk.
Udara sejuk dan angin sepoi-sepoi
menemani menikmati daerah ini, dengan sungai mengalir dari puncak gunung menuju
danau Toba. Air sungai ini di gunakan penduduk sebagai sumber air irigasi
kepersawahan mereka. Penduduk menggunakan mata air sebagai pemenuhan air dalam
kehidupan sehari-hari, seperti menyuci, memasak, dan sebagai air minum.
Desa sitorang di belah dua
oleh sebuah sungai yang di beri nama “Aek
Bolon” (sungai besar). Sungai ini menjadi mata pencaharian masyarakat
disekitar desa Sitorang. Masyarakat memanfaatkan sungai menjadi tempat
pengambilan pasir untuk bahan bangunan. sungai ini lebarnya mencapai lima
meter, dan airnya pada saat ini coklat karena dijadikan
masyarakat menjadi pembuangan akhir dari limbah rumah tangga.
Masih banyak kita jumpai di desa Sitorang kamar mandi umum. Kamar mandi ini
merupakan sumbangan dari pemerintah desa. Air dari kamar mandi umum ini berasal
dari mata air yang mengalir jernih. Dulunya mata air ini merupakan tempat mandi
para keluarga raja dan juga tempat para tabib kerajaan mengobati pada warga
desa.
Memasuki
perkampungan akan kita jumpai sederetan rumah adat yang masih dirawat. Sekitar
delapan rumah yang saling berhadap-hadapan pastinya akan di kita temui di
sebuah perkampungannya di desa Sitorang. Di perkampungan Lumban Tor, kita akan
menemui sebuah istana kerajaan yang dahulunya merupakan istana dari Raja
Sijorat Paraliman Panjaitan. Di istana ini kita akan menjumpai pakaian para
keluarga raja dan juga senjata Raja Sijorat Paraliman Panjaitan. Ada sebuah
guci ajaib di dalam istana ini. Penulis telah membuktikan keajaiban guci
tersebut. Guci tersebut dapat menghasilkan air yang tidak dapat dibatasi.
Tetapi harus seorang anak kecil yang berumur sekitar lima tahun yang dapat
mengambil air tersebut. Dulunya Raja Sijorat Paraliman Panjaitan menurut cerita
air dari guci itu berguna untuk menyembuhkan penyakit
para warga desa.
Dan
berjalan menuju perbukitan maka kita akan menjumpai sebuah mata air yang sangat
jernih. Perjalanan sekitar setengah jam menuju perbukitan dari perkampungan
Lumban Tor melewati persawahan para penduduk desa. Mata air ini yang jarang
digunakan oleh penduduk desa karena dianggap masih keramat. Kebanyakan para
perantau yang datang menuju mata air tersebut untuk melakukan penyembuhan
terhadap penyakit yang diderita para perantau. Dahulunya Raja Sijorat Paraliman
Panjaitan melakukan meditasi di mata air tersebut. Dan mata air tersebut
merupakan tempat Raja Sijorat Paraliman Panjaitan memantau desa Sitorang. Pada
saat penulis menuju mata air ini penulis menemukan jeruk purut dan telur ayam
kampung di sekitar mata air ini. Ini membuktikan banyak yang mengantarkan
sesajennya ke mata air ini dan berharap permintaannya terkabul dikemudian
harinya.
itu rumah oppung saya heheh
BalasHapustabodo manjaha silsilah ni raja panjaitan on bah
BalasHapusBeberapa penafsiran masih dalam penelitian team tarombo Panjaitan si Jorat Paraliman. Pada awal desember 2018. Menyelesaikan proses dalam 6 bulan ke depan.. smoga terwujud.
BalasHapusBohong besar ...kalau mau tahu fajta otentik silakan tanya kepada Raja Musa Panjaitan yg tinggal di Jln Monginsidi No.28 Medan.
BalasHapusKampung Raja Sijorat Paraliman Panjaitan adalah di HUTANAMORA.Terlalu banyak pembohongan publik
HapusDimana sih sebenar nya kampung raja kita sijorat paraliman Panjaitan?
BalasHapusHe.. he raja sijora sepertinya ada yg ke IX dan ke X
BalasHapus